Unsurintrinsik Hikayat Patani untuk tokoh terdiri dari Paya Tu Naqpa, Syaikh Sa'id, Hulubalang, dan Encik Tani beserta istrinya. Penokohoan dari tokoh-tokoh dalam unsur intrinsik Hikayata Patani antara lain meliputi penjelasan berikut. Paya Tu Naqpa: suka berburu, ingkar janji, hanya patuh saat terdesak, raja yang baik
Hikayat Indera Bangsawan Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin. Hatta beberapa lamanya. Tuan Puteri Siti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang. Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda Indera Bangsawan. Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri. Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup. Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi saling cari mencari. Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata'ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya. Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai. la naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. Putri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. ltulah sebabnya la ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. Di dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya. Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Raina Sari sebagai suami istri dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya. Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. la sampai di suatu padang yang terlalu luas. la masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa lndera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Raja Kabir. Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian,negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri." Setelah mendengar kata-kata baginda, si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu. Maka ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperti dahulu kala. Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat. Maka anak raja yang sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera Bangsawan dengan besi panas. Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara itu, Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa neneknya dan menunjukkannya kepada raja. Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya. Diperaskannya susu harimau ke mata Tuan Puteri. Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka Tuan Puteri pun sembuhlah. Adapun setelah Tuan Puteri sembuh, baginda tetap bersedih. Baginda harus menyerahkan tuan puteri kepada Buraksa, raksasa laki-laki apabila ingin seluruh rakyat selamat dari amarahnya. Baginda sudah kehilangan daya upaya. Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda berkata kepada sembilan anak raja bahwa yang mendapat jubah Buraksa akan menjadi suami Puteri. Untuk itu, nenek Raksasa mengajari Indera Bangsawan. Indera Bangsawan diberi kuda hijau dan diajari cara mengambil Jubah Buraksa yaitu dengan memasukkan ramuan daun-daunan ke dalam gentong minum Buraksa. Saat Buraksa datang hendak mengambil Puteri. Puteri menyuguhkan makanan, buah-buahan, dan minuman pada Buraksa. Tergoda sajian yang lezat itu tanpa piker panjang Buraksa menghabiskan semuanya lalu meneguk habis air minum dalam gentong. Tak lama kemudian Buraksa tertidur. Indera Bangsawan segera membawa lari Puteri dan mengambil jubah Buraksa. Hatta Buraksa terbangun, Buraksa menjadi lumpuh akibat ramuan daun-daunan dalam air minumnya. Kemudian sembilan anak raja datang. Melihat Buraksa tak berdaya, mereka mengambil selimut Buraksa dan segera menghadap Raja. Mereka hendak mengatakan kepada Raja bahwa selimut Buraksa sebagai jubah Buraksa. Sesampainya di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan jubah Buraksa. Hata Raja mengumumkan hari pernikahan Indera Bangsawan dan Puteri. Saat itu sembilan anak raja datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya mereka memilih untuk pergi. Mereka malu kalau sampai niat buruknya berbohong diketahui raja dan rakyatnya. Sumber Buku Kesusastraan Melayu Klasik Bagaimana cara Indera Bangsawan masuk ke dalam istana Raja Kabir? Berikuturaian analisis unsur intrinsik hikayat indera bangsawan. 1. Tema Hikayat Indera Bangsawan Tema hikayat indera bangsawan adalah usaha kerja keras dan perjuangan dua putra raja dalam membuktikan kepantasannya meneruskan takhta raja. 2. Tokoh Hikayat Indera Bangsawan

0% found this document useful 0 votes637 views5 pagesOriginal TitleUnsur Intrinsik dan Entrinsik Hikayat Indera BangsawanCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes637 views5 pagesUnsur Intrinsik Dan Entrinsik Hikayat Indera BangsawanOriginal TitleUnsur Intrinsik dan Entrinsik Hikayat Indera BangsawanJump to Page You are on page 1of 5 You're Reading a Free Preview Page 4 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

UnsurUnsur Hikayat Unsur Intrinsik adalah Unsur yang 1. membangun hikayat dari dalam. 1. Tema 2. Alur cerita 3. Tokoh atau penokohan 4. Latar 5. Amanat 6. Sudut pandang 8. C. Unsur-Unsur Hikayat Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Kamu suka membaca cerita hikayat melayu? Sudah pernah membaca cerita hikayat Indera Bangsawan yang memiliki kisah menarik? Jika belum, langsung saja baca artikel ini! Hikayat adalah karya sastra lama Melayu yang bersifat rekaan, keagamaan, atau historis. Ada banyak cerita hikayat yang memiliki kisah menarik, salah satunya adalah Indera hikayat ini mengisahkan tentang seorang raja yang memiliki dua putra mahkota. Karena keduanya sangat baik dan bijak, sang raja bingung hendak menyerahkan tahtanya pada dengan kelanjutan kisahnya? Tak perlu berlama-lama lagi, langsung saja simak cerita hikayat Indera Bangsawan di bawah ini. Tak hanya kisahnya saja, unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya juga telah kami Hikayat Indera Bangsawan Alkisah, pada zaman dahulu, ada sebuah Kerajaan Kobat Syahril yang megah dan mewah. Raja yang memimpin kerajaan itu bernama Raja Indra Bungsu. Ia adalah seorang raja yang sangat bijaksana dan adil dalam bertindak. Rakyat di Negeri Kobat Syahril hidup dengan aman, bahagia, dan sentosa, karena sang raja selalu memperhatikan mereka. Sang raja memiliki istri yang juga baik hati dan parasnya sangatlah cantik. Kecantikannya sangat termahsyur hingga ke mancanegara. Wanita itu bernama Putri Siti Kendi. Tak hanya baik hati, ia juga kerap mengatur kegiatan kemasyarakatan. Maka dari itu, ia sangat dengan rakyat. Para rakyat pun sangat menyukainya. Meski telah hidup makmur dan sejahtera, kebahagiaan Raja Indra Bungsu dan istrinya belum lengkap. Pasalnya, mereka tak kunjung memiliki momongan. “Wahai Adinda, sudah lama kita berumah tangga, Kanda pun merasa bahagia. Namun, ada satu hal yang membuat Kanda merasa cemas. Kanda sangat ingin memiliki putra mahkota sebagai ahli waris kerajaan ini,” ucap Raja Indra Bungsu. “Begitu pun dengan adinda, Kanda. Sebenarnya, Adinda sangat ingin memiliki anak. Sebenarnya Dinda juga telah meminta tolong pada tabib, tapi Dinda tak kunjung mengandung,” Setelah berpikir cukup lama, sang raja akhirnya memutuskan untuk bertanya pada penasihat kerajaan yang terkenal pandai dalam ilmu agama. Penasihat kerajaan itu meminta raja dan permaisuri memperbanyak doa dan sedekah pada fakir miskin. Selama beberapa waktu, raja, permaisuri, dan seluruh rakyat Negeri Kobat Syahril berdoa. Mereka memohon petunjuk pada Tuhan yang Maha Esa agar permaisuri segera memiliki momongan. Baca juga Kisah Hikayat Si Miskin dan Ulasan Lengkapnya yang Mengandung Nilai-Nilai Bijak Kehidupan Permaisuri Mengandung Putra Mahkota Pada akhirnya, sang permaisuri berhasil hamil. Betapa bahagianya Raja Indra Bungsu dan seluruh rakyat Kobat Syahril. Mereka tak berhenti mendoakan agar kandungan Permaisuri Siti Kendi senantiasa sehat. Setelah genap sembilan bulan, Siti Kendi ternyata melahirkan dua orang anak kembar laki-laki yang sangat tampan. Raja Indra bungsu menamai mereka Pangeran Syah Peri dan Pangeran Indera Bangsawan. Meski kembar, Pangeran Syah Peri lahir terlebih dahulu. Sehingga, ia merupakan kakak dari Pangeran Indera Bangsawan. Mereka tumbuh dengan sangat baik. Sang raja pun memerintahkan guru terbaik untuk mengajari mereka ilmu perang, ilmu pemerintahan, ilmu bermain senjata, dan beragam pendidikan lainnya. Karena keduanya sama-sama hebat dan tangguh, sang raja pun bingung menentukan siapa yang kelak menjadi penggantinya. Setelah berpikir lama, ia akhirnya punya solusi atas keresahan hatinya. Pada suatu malam, Raja Indra Bungsu bercerita pada kedua anak tampannya. “Anakku, semalam ayahanda bermimpi. Dalam mimpi itu, ayah sedang berkuda. Tiba-tiba, ada seorang pemuda yang tampan. Ia membawa buluh perindu. Bunyi alat tiup dari bambu itu membuat hati ayah terasa tentram. Ayah sangat ingin memiliki buluh perindu itu. Tapi, ia tak memberikannya pada ayah. Ia malah berkata kalau siapa pun yang bisa menemukan buluh perindu ini, maka ialah yang akan menjadi raja,” ucap Indra Bungsu. “Oleh karena itu, bisakah kalian mencarikan buluh perindu untuk ayah? Yang berhasil menemukannya, akan ayah pilih sebagai pengganti ayah,” lanjut sang raja. Setelah mendengar cerita sang ayah, kedua putra mahkota itu saling berpandangan. Mereka saling mendekat dan terdengar membicarakan sesuatu. Setelah berunding secara singkat, Pangeran Indera Bangsawan berkata, “Baiklah Ayah, kami berdua kan mencoba mencari buluh perindu itu.” Perjalanan Mencari Buluh Perindu Setelah meminta doa restu kedua orang tua, pergila kedua putra mahkota mencari buluh perindu. Bersama-sama mereka melewati hutan dan lembah. Apa pun yang terjadi, mereka bisa melaluinya bersama-sama. Hingga suatu hari, mereka melewati sebuah gunung yang sangat terjal. Banyak bebatuan besar yang sangat sulit untuk mereka lewati. Namun, mereka tak pernah menyerah. Mereka selalu berupaya agar dapat melewati segala rintangan demi mendapatkan buluh perindu. Sesampainya di sebuah puncak gunung, tiba-tiba datang angin topan yang sangat besar. Mereka saling berpegangan agar tak terpisah. Musibah terus-terusan datang. Kali ini, kabut yang sangat tebal menghalangi pandangan kedua pangeran. Mereka saling berpegangan tangan. Tapi, pandangan mereka semakin kabur. Ditambah lagi, angin topan yang berhembus semakin kencang. Malangnya, hal itu membuat mereka terpisah. Pangeran Syah Peri terhempas di dekat pohon hingga ia tak sadarkan diri. Sedangkan Pangeran Indera Bangsawan terdampar di dekat sebuah gua. Pangeran Syah Peri Setelah sadar, Pangeran Syah Peri kebingungan. Ia melihat semua yang ada di sekitarnya telah porak poranda. Ia bergegas bangun dan mencari adiknya. Tapi, ia tak kunjung menemukannya. Ia lalu melanjutkan perjalanan ke arah utara untuk menemukan adiknya dan buluh perindu. Setelah sekian lama berjalan, tibalah ia di suatu negeri yang sangat luas. Negeri itu sangat indah, bermacam-macam pohon dan bunga tumbuh di sana. Ia lalu melihat sebuah rumah dan memutuskan untuk mengunjunginya. Namun, rumah itu tampak sepi. Pangeran Syah Peri lalu mengintip ke setiap sudut jendela itu. Lalu, ia melihat seorang perempuan yang tampak terikat tali. Ia lalu mendobrak pintu rumah dan menyelamatkan perempuan itu. Dengan tubuhnya yang terkulai lemas, wanita itu berterima kasih pada Syah Peri. “Terima kasih, Tuan, karena telah menyelamatkanku.” ucap gadis itu. “Siapa yang tega mengikatmu dengan tali? Dan, siapakah namamu?” tanya Pangeran Syah Peri. Wanita itu bernama Dewi Ratna Sari. Ia berasal dari Kerajaan Asikin. Negeri tersebut telah hancur karena ulah raksasa. Sosok berbadan besar itulah yang mengikatnya dengan tali. Lalu, Pangerah Syah Peri berkata bila ia akan membunuh raksasa itu. Benar saja, ketika sang raksasa datag, Pangeran Syah Peri langsung menghadangnya. Dengan senjata panah, pangeran itu berhasil membunuh raksasa. Dewi Ratna Sari sangat berterima kasih pada pangeran. Tak lama kemudian, mereka saling suka dan memutuskan untuk menikah. Putri Dewi Ratna Sari lalu mengikut pangeran mencari buluh perindu dan adiknya. Baca juga Legenda Batu Belah Batu Bertangkup dari Aceh yang Penuh Pesan Moral Beserta Ulasan Menariknya Pangeran Indera Bangsawan Di sisi lain, Pangeran Indera Bangsawan juga selamat. Setelah badai topan itu, ia terdampar di balik batu. Ia juga mencari kakaknya, tapi tak kunjung bisa bertemu. Akhirnya, ia berjalan seorang diri ke arah barat. Ia lalu melihat sebuah rumah kecil dan menghampirinya. Sesampainya di depan pintu, ia bertemu dengan seorang nenek. “Apa tujuanmu datang kemari, Anak muda? Siapa namamu?” tanya nenek itu. “Namaku Indera Bangsawan, Nek. Aku bisa sampai di sini karena tersesat saat mencari adik dan buluh perindu,” ungkap pangeran itu. “Baiklah, Cucuku. Kamu sebenarnya telah tiba di Negeri Lorong Antah. Lantas, kenapa kamu mencari buluh perindu?” tanya nenek itu. Lalu, Pangeran Indera Bangsawan menceritakan tujuannya mencari buluh perindu. Ia juga mengatakan bahwa dalam perjalanan ada badai yang memisahkan dirinya dengan sang kakak. Mendengar cerita itu, sang nenek merasa iba. “Sebenarnya, aku adalah satu-satunya orang yang memiliki buluh perindu, Nak! Namun, aku tak bisa menyerahkannya begitu saja padamu,” ucap nenek itu. “Apakah ada syarat yang harus aku penuhi dulu, Nek? Aku sangat ingin membawa pulang buluh perindu itu,” jawab sang pangeran tampan. “Aku akan menyerahkannya bila kau bisa mengalahkan raksasa yang ada di negeri Antah Berantah, Nak. Jika berhasil menyelamatkan rakyat di sana, aku akan memberikan buluh perindu ini,” jawab sang nenek. Sang nenek menceritakan bahwa negeri itu dipimpin oleh Raja Kabir. Karena raksasa terus mengganggu, Raja Kabir sampai membuat sayembara. Siapa pun yang berhasil mengalahkan raksasa, maka ia akan menjadi suami putrinya, Dewi Kemala Sari. Menyelamatkan Negeri Antah Berantah Pangeran Indera Bangsawan menyetujui perintah sang nenek. Saat hendak berangkat ke Antah Berantah, sang nenek membekalinya seekor kuda yang sangat kuat. Ia lalu berpesan, “Nak, kuda ini akan membantumu dalam perjalanan. Untuk mengalahkan raksasa, gunakanlah panah milikmu.” “Baik, Nek. Doakan aku agar bisa mengalahkan raksasa itu,” jawab pangeran tampan. Kemudian, Pangeran Indera Bangsawan memulai perjalanannya menuju Negeri Antah Berantah sendirian. Sesampainya di negeri itu, para penjaga menghadangnya. Ia lalu mengatakan bahwa dirinya hendak membantu melawan sang raksasa. Tak berselang lama, datanglah raksasa menyerang Antah Berantah. Para pasukan Kerajaan Antah Berantah dibantu oleh pasukan dari Anak Raja Sembilan pun beraksi. Namun, raksasa itu sangat kuat. Beberapa pengawal mulai jatuh tersungkur. Dengan ilmu perang yang ia punya, Indera Bangsawan langsung menyerang raksasa dengan panah-panahnya. Ia sangat gagah dan tangguh. Setelah berulang kali membusurkan panah, akhirnya raksasa itu berhasil ia bunuh. Para pasukan perang pun bersorak sorai. Mereka sangat berbahagia. Mengetahui hal tersebut, Raja Kabir pun langsung menemui Pangeran Indera Bangsawan. “Siapakah gerangan dirimu, wahai Pemuda? Terampil sekali kau dalam berperang. Aku berterimakasih karena kau telah menyelamatkan negeriku ini,” ucap sang raja. “Nama hamba adalah Indera Bangsawan, Tuan. Hamba berasal dari Negeri Kobat Syaril,” jawab pangeran. “Kamu sangat pandai dalam berperang. Lantas, apa yang membuatmu jauh-jauh datang kemari, Nak? tanya sang raja. “Ceritanya sangat panjang, Tuan. Hamba akan menceritakannya di lain kesempatan. Namun, hamba kemari memang untuk menyelamatkan Negeri Antah Berantah,” jawab pangeran. Sesuai sayembara, Raja Kabir pun lalu menikahkan Dewi Kemala Sari dengan Indera Bangsawan. Pesta pernikahan itu dilangsungkan secara mewah selama tujuh hari tujuh malam. Kembali Ke Kobat Sumber Badan Bahasa Kemdikbud Pada suatu malam, Pangeran Indera Bangsawan mengatakan pada sang istri kalau ia hendak menemui nenek-nenek di Negeri Lorong Antah. Ia ingin mengambil buluh perindu dan hendak menyerahkannya pada sang ayah. “Adinda, kanda merindukan kedua orang tua dan kakak kanda. Esok, kanda berencana ke rumah seorang nenek untuk mengambil buluh perindu. Lalu, kanda kan kembali ke Negeri Kobat Syahril. Maukah Adinda ikut kanda?” ucap pangeran. “Tentu saja, Kanda. Adinda siap mengabdi pada kakanda,” ucap Dewi Kemala Sari. Setelah itu, mereka lalu memohon izin pada Raja Kabir. Raja yang bijak itu memahami perasaan menantunya. Ia lalu mengizinkan Pangeran Indera Bangsawan dan putrinya kembali ke Negeri Korbat Syahril. Saat hendak kembali ke negeri asal, Pangeran Indera Bangsawan dan istrinya tak sendiri. Mereka dikawal oleh banyak pasukan dari Negeri Antah Berantah. Sebelum menuju ke Kobat Syahril, mereka mendatangi Lorong Antah untuk mengambil buluh perindu. Nenek yang memiliki buluh itu pun dengan suka rela menyerahkannya pada Pangeran Indera Bangsawan. “Kau telah memenuhi janjimu, Nak. Sekarang buluh perindu ini akan menjadi milikmu,” ucap sang nenek. Setelah mengambil buluh perindu, Indera Bangsawan, istrinya, dan para pasukan pun melanjutkan perjalanan. Setibanya di sana, para rakyat langsung menyambut pangeran dengan suka cita. Begitu pula dengan Raja Indra Bungsu dan Permasuiri Siti Kendi. Mereka sangat bahagia karena anaknya telah kembali. Pada saat yang bersamaan, Pangeran Syah Peri dan istrinya juga kembali ke istana. Saudara kembar ini sontak langsung berpelukan. Mereka tak menyangka bisa bertemu lagi dengan istri masing-masing. Pada saat itu pula, Indera Bangsawan menyerahkan buluh perindu. Maka, raja mengumumkan bahwa Indera Bangsawan adalah penerusnya. Mengetahui adiknya berhasil mendapatkan buluh perindu, Pangeran Syah Peri merasa bangga. Baca juga Kisah Legenda Pulau Kemaro di Palembang tentang Cinta dan Ketelitian Beserta Ulasan Menariknya Unsur Intrinsik Cerita Hikayat Indera Bangsawan Cerita hikayat Indera Bangsawan di atas sangat seru, kan? Nah, setelah membaca ceritanya, kini saatnya kamu mengulik informasi tentang kisah ini. Berikut ulasannya; 1. Tema Tema atau isi pokok cerita hikayat Indera Bangsawan adalah tentang perjuangan meraih keinginan. Para tokoh utama berusaha mencari buluh perindu. Dalam perjalanan mencarinya, banyak sekali cobaan yang harus mereka lalui. 2. Tokoh dan Perwatakan Sumber Badan Bahasa Kemdikbud Tokoh utama dalam cerita hikayat Indera Bangsawan adalah Pangeran Indera Bangsawan dan Pangeran Syah Peri. Keduanya memiliki sifat yang sama. Sama-sama patuh kepada orang tua, tangguh, dan pemberani. Tokoh lain yang turut mewarnai cerita hikayat Indera Bangsawan adalah Raja Indra Bungsu, Permaisuri Siti Kendi, Raja Kabir, Dewi Ratna Sari, Dewi Kemala Sari, dan nenek. Mereka semua merupakan tokoh protagonis. Sementara tokoh antagonis dalam kisah ini adalah raksasa. 3. Latar Cerita hikayat Indera Bangsawan menggunakan beberapa latar tempat. Sebut saja Kerajaan Kobat Syahril, hutan, lembah, gunung, Negeri Lorong Antah, Negeri Antah Berantah, dan Negeri Asikin. 4. Alur Cerita Hikayat Indera Bangsawan Cerita hikayat ini memiliki alur maju. Kisah berawal dari rasa bingung Raja Kabir menentukan penerusnya. Ia lalu meminta kedua putra mahkota untuk mencari buluh perindu. Pangeran Syah Peri dan adiknya terpisah saat melakukan perjalanan mencari buluh perindu. Pada akhirnya, Pangeran Indera Bangsawan yang dapat menemukan buluh perindu. 5. Pesan Moral Kira-kira, apakah amanat yang terkandung dalam cerita hikayat Indera Bangsawan? Nah, dari kisah ini, pelajaran yang bisa kamu petik adalah jangan mudah menyerah dalam meraih keinginanmu. Pangeran Indera Bangsawan terus berjuang melawan segala rintangan demi mendapatkan buluh perindu yang kelak akan ia serahkan pada sang ayah. Kegigihannya itulah yang membuatnya berhasil menemukan buluh perindu. Tak hanya unsur intrinsiknya, jangan lupakan juga unsur ekstrinsik yang membangun cerita hikayat Indera Bangsawan ini. Unsur ekstrinsik biasanya berhubungan dengan latar belakang masyarakat, penulis, dan nilai-nilai yang ada dalam kisahnya. Baca juga Legenda Asal Mula Desa Trunyan dan Ulasan Menariknya, Alasan di Balik Cara Pemakaman yang Unik Fakta Menarik Penasaran dengan fakta menarik dari cerita hikayat Indera Bangsawan? Berikut ulasan singkatnya; 1. Ada Film yang Mengadaptasi Kisah Ini Sumber Wikimedia Commons Pada tahun 1961, cerita hikayat Indera Bangsawan diangkat menjadi sebuah film berjudul sama. Film asal Malaysia tersebut disutradarai oleh Dhires Ghosh dan diperankan oleh beberapa artis melayu, salah satunya adalah Jins Shamsudin. Baca juga Kisah Asal Mula Nagari Minangkabau dan Ulasannya, Bukti Kalau Kekerasaan Bukanlah Segalanya Sudah Puas dengan Cerita Hikayat Indera Bangsawan di Atas? Demikianlah artikel yang membahas tentang cerita hikayat Indera Bangsawan beserta unsur intrinsik dan fakta menariknya. Kamu sudah cukup puas dengan kisahnya, bukan? Bila penasaran dengan kisah lainnya, langsung saja baca kanal Ruang Pena pada situs PosKata. Ada cerita hikayat Bayan Budiman, Legenda Si Tanduk Panjang, Kisah Dara Muning, dan masih banyak lagi. Selamat membaca! PenulisRinta NarizaRinta Nariza, lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tapi kurang berbakat menjadi seorang guru. Baginya, menulis bukan sekadar hobi tapi upaya untuk melawan lupa. Penikmat film horor dan drama Asia, serta suka mengaitkan sifat orang dengan zodiaknya. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri. AI5v.
  • jwuxrd03hq.pages.dev/594
  • jwuxrd03hq.pages.dev/555
  • jwuxrd03hq.pages.dev/569
  • jwuxrd03hq.pages.dev/359
  • jwuxrd03hq.pages.dev/371
  • jwuxrd03hq.pages.dev/61
  • jwuxrd03hq.pages.dev/207
  • jwuxrd03hq.pages.dev/545
  • unsur intrinsik dalam hikayat indera bangsawan